Untung melimpah ruah dari demam tas belanja
Ada pemandangan sedikit berbeda di sebuah pasar ritel modern di Kota Tangerang, Banten, awal Maret ini. Selain terlihat penuh sesak oleh pembelanja karena sudah masuk tanggal gajian, mulai terlihat pula beberapa pembelanja yang menenteng kantong belanja sendiri.
Kebijakan kantong plastik belanja berbayar yang diberlakukan pemerintah sejak 21 Februari lalu mulai mendapat respons masyarakat. Walau sebagian masyarakat masih sudi membayar kantong plastik belanja, tidak sedikit pula kalangan yang bersuka ria memulai budaya diet kantong plastik.
Maklum, selain mendukung gerakan go green, pemakai kantong belanja nonplastik bisa turut bergaya dengan tentengan yang lebih warna warni. Tak ayal, tren baru pun lahir.
Peminat tas belanja pakai berulang alias reusable bags mulai membeludak. Nah, ada satu jenis reusable bags yang kini tengah banyak menjadi buruan para pembelanja, yaitu trolley bags. Seperti apa, sih, bentuk tas ini?
Seperti namanya, trolley bags merupakan tas yang bisa didorong atau diseret layaknya troli. Jadi, prinsipnya seperti koper dengan gagang dan roda, namun tas berbentuk kantong besar. Dus, Anda tak perlu lagi menyeret troli supermarket hingga ke tempat mobil Anda parkir.
Jenis kedua, trolley bags dapat digantung di troli supermarket. Tas belanja ini biasanya terdiri atas empat kantong tas (tote bag) yang terpisah namun bisa merekat karena memiliki velcro perekat.
Setiap kantong juga memiliki kayu yang berfungsi sebagai pengait sehingga Anda bisa menggelarnya memanjang di troli supermarket. Trolley bags jenis ini dapat digulung atau dilipat sehingga ringkas dibawa maupun disimpan. Rangkaian trolley bags ini juga bisa dilepas menjadi tote bag atau tas tenteng satuan.
Selain warna-warni cerah, trolley bags juga bisa memiliki motif beragam, misal motif perkotaan, bunga-bunga, dan yang lainnya. Dus, konsumen bisa memilih sesuai seleranya.
Boleh jadi, karena keunikannya itulah, tas troli menjadi tren baru. “Baru dua pekan kami luncurkan produk ini, sudah ada pesanan 1.000 set. Ramai sekali peminatnya,” ungkap Syntia Kristiani, produsen tas troli merek Syntia Emwe yang berpusat di Solo, Jawa Tengah.
Karena kapasitas produksi masih terbatas, Syntia mengaku baru bisa memenuhi pesanan tas troli jenis kedua di kisaran 350 set. Mengusung merek Syntia Emwe Bag, sejatinya Syntia telah malang melintang memproduksi beragam tas dan organizer sejak 2005 silam. Namun, tas troli baru dia produksi mulai Februari lalu.
Boleh jadi, karena momentumnya pas, peminat tas troli bikinannya luar biasa banyak. “Ada yang baru booking, langsung transfer, ada pula yang langsung meminta barang,” cerita Syntia.
Permintaan yang membeludak juga dirasakan oleh Vendy Iskandar, pemilik Bags Shop. Vendy bercerita, trolley bags yang dia produksi telah terjual lebih dari 5.000 set hanya dalam tempo 10 hari.
Modal tidak banyak
Vendy membanderol harga trolley bags produksinya mulai Rp 150.000 per set. Satu set terdiri atas empat kantong tas. Satu set trolley bags merek Bags Shop memiliki empat kantong masing-masing berwarna biru, merah, hijau dan oranye.
Dengan banderol harga sebesar itu, dalam rentang 10 hari saja, Vendy membukukan penjualan Rp 750 juta dari tas troli. Menggiurkan sekali, bukan?
Melihat permintaan di pasar yang masih jauh melampaui ketersediaan barang, Vendy berani menaikkan harga jual tas troli menjadi Rp 175.000 per set mulai pekan ini.
Adapun Syntia memasang harga Rp 129.000 - Rp 185.000 per set. “Harganya berbeda tergantung dari kualitas dan ketebalan bahan tas,” jelas dia.
Syntia memakai bahan tas jenis D420 dan dolby yang tahan air. Bahan tas D420 teksturnya agak kaku dan biasa diaplikasikan untuk tas belanja. Untuk stik kayu, Syntia memakai kayu mahoni.
Sedangkan Vendy lebih memilih bahan tas D300. Menurutnya, warna D300 lebih bagus dan tidak mudah sobek. Adapun untuk kaitan kayu, Vendy memilih kayu melinjo.
Sebelum merilis produk, Vendy melakukan riset bentuk tas dan bahan sekitar 1,5 bulan. Sedikitnya lima bahan tas dia uji coba untuk mengetes kualitas bahan yang dinilai paling tepat sebagai tas belanja.
Bila Anda berminat mengikuti jejak Vendy dan Syntia, harap dicatat, tas troli ini peruntukannya adalah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Isi belanja grocery shopping biasanya sangat bervariasi, mulai dari produk berkemasan, seperti kecap, minyak, gula, beras, popok anak, produk basah seperti buah-buahan, sayuran, ikan, telur, dan aneka ragam bahan makanan lain.
Dus, bahan tas harus kuat menahan beban belanja, tidak mudah sobek, tidak luntur dan tak mudah lapuk bila sering terpapar air.
Lantas, berapa modal yang sudah keluar untuk memproduksi tas troli? Sayang sekali, Vendy enggan mengungkapkannya.
Yang pasti, prototipe atau tas troli yang dia contoh adalah trolley bags buatan Australia. “Saya tidak membeli. Ada saudara di sana yang mengirimkan. Harganya sekitar Rp 500.000 per set,” kata Vendy.
Adapun Syntia mengaku mengeluarkan modal awal sekitar Rp 5 juta untuk membeli bahan baku tas troli. Dari modal sebesar itu, Syntia bisa memproduksi hingga 200 set tas troli seharga Rp 129.000-Rp 185.000.
Dengan kata lain, dari modal yang tidak terlalu besar tersebut, Syntia mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 20,8 juta-Rp 32 juta dari penjualan awal tas troli.
Nah, sampai di sini, Anda mungkin semakin berminat turut menggarap pasar trolley bags. Jumlah pasokan barang yang masih jauh di bawah tingkat permintaan nan tinggi, dapat membuat harga jual barang melambung tinggi. Ibaratnya, sang produsen bisa memasang harga sesukanya karena pesaing masih sangat sedikit.
Dus, perkiraan Vendy, pasar trolley bags masih akan cerah setahun ke depan. Maklum, umur kebijakan kantong plastik belanja berbayar masih sangat baru. “Ini juga, kan, program pemerintah. Jadi, masih akan ramai ke depan,” ujar dia.
Perlahan-lahan, masyarakat akan terdorong untuk lebih memilih tas belanja nonplastik atau reusable bags, baik karena mengikuti tren go green atau memang ingin mengirit biaya pembelian kantong plastik.
Menuntut inovasi
Hanya saja, kendati kini pamornya tengah berkibar tinggi, lambat laun, persaingan di bisnis tas belanja jenis trolley bags akan meningkat. Inovasi dan pengembangan produk wajib dipenuhi seorang produsen barang.
Barang yang inovatif dan berkualitas niscaya akan mendorong loyalitas konsumen. Sebaliknya, bila kualitas barang seadanya, konsumen bisa merasa kapok membeli.
Di pasar saat ini mulai bermunculan trolley bags dengan desain lebih manis. Bila selama ini tas troli lekat dengan warna solid yang ngejreng, sekarang mulai bermunculan tas troli dengan corak bahan mirip tas tenteng wanita.
Alhasil, tampilannya pun menjadi lebih manis dan feminin dan mungkin lebih memenuhi selera konsumen yang kebanyakan wanita.
Ke depan bukan tidak mungkin bermunculan produk trolley bags dengan desain yang lebih beragam, lengkap dengan fitur-fitur tambahan yang menarik. Belum lagi persaingan dengan tas belanja merek luar negeri yang juga mulai banyak membanjiri pasar domestik.
Maka itu, sang produsen harus rajin mengevaluasi kualitas produk dan menggelar inovasi agar bisa memberikan nilai lebih bagi para pembeli.
Syntia, misalnya, kini tengah berpikir untuk melengkapi tas trolinya dengan bahan aluminium foil untuk bahan makanan yang perlu pendingin. Misalnya, ikan segar, daging-dagingan, juga sayuran. “Supaya ketika selesai berbelanja dan sampai di rumah, kondisi barang belanjaan masih segar,” kata dia.
Namun, rencana itu belum akan dia lakukan dalam waktu dekat. Fokus Sylvia saat ini adalah memenuhi permintaan yang terus membanjir. Sedangkan Vendy, kemungkinan baru akan sebatas mengganti warna tas sesuai minat pasar.
Nah, apakah Anda sudah siap ikut serta menggarap ceruk pasar yang masih lebar ini?
SUMBER : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/untung-melimpah-ruah-dari-demam-tas-belanja
Tidak ada komentar