Refrensi Produk Terbaik Dan Info Menarik

Cabinet Teppanyaki (meja teppanyaki)

Stainless steel memiliki kualitas yagn berbeda, pastikan anda mendapatkan produk meja teppanyaki dengan harga dan kualitas terbaik hanya di jayastainless.com

Kabuki Teppanyaki Restaurant
Mungkin kedengarannya aneh, tapi kuliner khas Negeri Sakura alias Jepang merupakan kuliner paling ngetren di Dubai, yang adalah sebuah negara Arab, saat ini. Popularitas sushi, sashimi dan kawan-kawannya meningkat pesat dengan dibukanya beberapa restoran Jepang berkelas seperti Zuma di Dubai International Financial Centre (DIFC), Nobu di hotel mewah Atlantis di Palm Jumeirah, Okku yang berlokasi di hotel Monarch (yang juga mewah) dan Kitsune di hotel (lagi-lagi mewah) Fairmont, keduanya di Sheikh Zayed Road. 

Keempat restoran ini sama-sama mengusung tema contemporary Japanese yang memadukan kuliner Jepang dengan kuliner Eropa dan menghasilkan hidangan unik seperti black cod with miso sauce yang pertama kali dipopulerkan oleh Nobu. Nah, kali ini saya akan mengajak para Kompasioner menyambangi Benkay, sebuah restoran Jepang yang sejak beberapa bulan lalu mulai menyemarakkan persaingan ketat dunia kuliner Jepang di Dubai. 

Benkay (dibaca "Benkei" - salah satu tokoh samurai dalam legenda Jepang) terletak di Hotel JAL Tower yang baru-baru ini dibuka di Sheikh Zayed Road. Hotel ini merupakan hotel bintang lima pertama di Dubai dengan manajemen berbendera Jepang, tepatnya perusahaan JAL alias Japan Airlines. Kalau Anda kurang familiar dengan nama Hotel JAL, mungkin Anda pernah mendengar nama Hotel Nikko yang berlokasi di Jakarta dan Bali. Nah, nama Nikko sebenarnya merupakan kepanjangan dari Nippon Kōkū yang artinya ya Japan Airlines dalam bahasa Jepang. Kami memang sudah lama ingin menjajal restoran Jepang di hotel ini karena sebagai hotel berbendera Jepang, tentunya hidangan yang disajikan tidak mungkin berkualitas abal-abal, bahkan bisa jadi paling otentik di seantero Dubai. 

Cukup di luar dugaan, Benkay merupakan restoran yang sangat besar dan menempati tiga lantai teratas Hotel JAL Tower, mulai dari Lantai 49 yang merupakan bagian utama restoran hingga Lantai 51 yang berfungsi sebagai bar dan menyajikan menu sushi dan sashimi. Kami pun segera melangkahkan kaki menuju Lantai 50, yang diperuntukkan khusus untuk menyajikan menu pilihan kami malam itu, teppanyaki. Sayangnya, pengaturan tempat duduk yang mengitari meja teppanyaki dan refleksi cahaya dari dalam restoran tidak memungkinkan kami untuk menikmati pemandangan malam kota Dubai dari Lantai 50 yang cukup indah. Teppanyaki sendiri merujuk pada cara memasak a la live cooking langsung di atas lempengan besi di hadapan para tamu ("teppan" artinya "lempengan besi" dan "yaki" artinya "dimasak"). 

Biasanya para teppanyaki chef yang biasanya ceria dan sangat humoris melakukan beberapa atraksi akrobatik ketika memasak dengan menggunakan berbagai alat masak maupun bahan-bahan yang akan dimasak. Interaksi penuh canda antara chef dengan tamu menjadikan teppanyaki suatu pengalaman kuliner yang menarik. Uniknya lagi, setiap tamu, tidak peduli sendiri, berdua, bertiga, atau lebih, biasanya dilayani oleh chef pribadi sehingga pelayanan yang diberikan terasa sangat personalized. Malam itu, Benkay menyajikan paket six-course teppanyaki set menu yang mencakup: miso soup, tuna sashimi or vegetable tempura, green salad with Japanese dressing, main course (seafood, chicken, atau beef tenderloin), fried rice or steamed rice, dan green tea ice cream. 

 Berhubung kami pecinta sushi dan sashimi, kami juga memesan dua jenis sashimi, yaitu hotate (scallops) dan unagi (eel) dan spicy rolls yang terdiri dari salmon, tuna, dan hamachi (yellowtail) sebagai tambahan. Menurut menu, hidangan pertama yang disajikan adalah miso soup, yaitu sup dari bahan fermentasi kacang kedelai (semacam tauco). Namun entah kenapa yang hadir bukan miso soup, melainkan suimono, yaitu sejenis clear soup dengan isian seperti telur, rumput laut, dan daun bawang. Daripada menunggu lebih lama, kami putuskan untuk mencicipi saja sup tersebut. Begitu tutup mangkok dibuka, menyeruak aroma nikmat yang menggoda. Sruput, sruput... hmm, ternyata sangat lezat! Oh ya, suimono umumnya dibuat dari bahan-bahan yang rasanya subtle (alias tidak terlalu tajam) sehingga menjaga harmoni di antara bahan-bahan yang berbeda memerlukan keahlian tersendiri agar tidak ada bahan tertentu yang mendominasi. Kami acungkan jempol untuk sup yang satu ini! Kualitas hidangan pembuka berikutnya (vegetable tempura dan green salad) pun sangat memuaskan. 

 Vegetable tempura yang terdiri dari gorengan bawang bombay, jamur enoki, terong, dan campuran sayuran terasa renyah di permukaan dan lembut di dalam, sedangkan green salad-nya terasa segar dan disajikan dengan dressing yang juga mantap, walaupun terlalu sedikit dibandingkan porsi salad-nya sendiri. Iseng-iseng saya mencomot tuna sashimi milik teman saya dan kesegarannya pun patut diacungi jempol. Well done so far. Sementara kami menikmati hidangan pembuka, chef kami sibuk memasak main course di hadapan kami setelah sebelumnya memperkenalkan diri dan bertanya jika di antara kami ada yang memiliki alergi atau special request lainnya. Seperti dijelaskan sebelumnya, salah satu daya tarik teppanyaki adalah atraksi dan interaksi antara chef dengan sang tamu ketika melakukan live cooking. 

Sayang chef kami malam itu memilih untuk bersikap adem ayem saja walaupun awalnya sempat melontarkan beberapa gurauan. Padahal di meja sebelah, chef-chef lain nampak melakukan berbagai atraksi akrobatik yang disambut hangat dengan tawa dan tepuk tangan riuh rendah oleh para tamu. Hmm... ada apa gerangan? Terlepas dari sikap Mr. Chef yang cuek bebek, hidangan yang disajikan termasuk kategori patoet dipoedjiken. Beef tenderloin pesanan saya dimasak dengan tingkat kematangan medium rare yang akurat sesuai permintaan. Kualitas daging sapi yang digunakan pun sangat baik, sangat lembut dan very juicy! Oh ya, daging ini dimasak hanya dengan jus (saripati) dari daging itu sendiri dan dihidangkan bersama saus celupan berupa nikutare dan ponzu, walaupun cukup nikmat jika disantap tanpa saus. 

Bersama dengan main course, terhidang pula fried rice pesanan kami yang antara lain dimasak dengan telur, jamur dan daun bawang yang lagi-lagi berkualitas sangat baik dengan aroma dan rasa yang pas. Bagaimana dengan kualitas sushi dan sashimi yang kami pesan? Pendapat saya, yang juga diamini oleh kawan-kawan saya, baik hotate maupun unagi sashimi-nya berkualitas jempolan. Seperti yang kita ketahui, kualitas sashimi nyaris seluruhnya tergantung pada kesegaran bahan dan hotate yang digunakan terasa benar-benar segar dengan sedikit aftertaste yang unik. Unagi-nya yang dimasak dengan cara dipanggang pun berkualitas juara dengan tingkat kematangan yang pas. Sayangnya, spicy roll yang berjumlah 12 buah tidak mampu menandingi kualitas hidangan-hidangan sebelumnya, baik dari segi penampilan (tidak rapi) dan rasa. 

Santap malam tersebut pun ditutup dengan semangkuk green tea ice cream dan secangkir teh houjicha yang nikmat. Secara umum, kualitas Benkay cukup menjanjikan dan setingkat lebih tinggi dibandingkan banyak restoran-restoran Jepang lainnya dalam hal kesegaran bahan yang digunakan. Namun melihat jumlah pengunjung yang agak memprihatinkan malam itu (hingga mendekati pukul 9 malam, hanya kami bertiga yang ada di teppanyaki area yang berkapasitas paling tidak 60 orang), butuh waktu untuk menjawab apakah Benkay mampu mengatasi persaingan sengit dari rival-rivalnya yang jauh lebih punya nama. So, is Benkay's the real teppanyaki? Well, why don't you go there and decide yourself?

SUMBER : http://www.kompasiana.com/kresnap/benkay-the-real-teppanyaki_5500dc7f8133110b1afa7da4

Tidak ada komentar