Pelayan Restoran di Jalan Gunawarman Ini Wajib Menunduk
TEMPO.CO, Jakarta - “Irrashaimaseeee!" Kata itu berkumandang lantang setiap kali tamu memasuki pintu Fujin. Ungkapan yang berarti "selamat datang" dalam bahasa Jepang itu diucapkan semua pelayan dan juru masak di restoran yang berlokasi di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu.
Suasana ala Negeri Sakura terasa kental di sana. Maklum, Biko Group-sekelompok anak muda pemilik restoran itu-menyuguhkan konsep teppanyaki dan sake. "Rasanya koleksi wiski Jepang kami terlengkap se-Jakarta," kata Banny Parasutha, Manajer Fujin, kepada Tempo.
Teppanyaki adalah masakan Jepang yang menggunakan panggangan pelat besi rata. Teppan artinya pelat besi dan yaki berarti panggang. Gaya ini dipopulerkan jaringan restoran Misono asal Kobe pasca-Perang Dunia II. Kenikmatan tambahan masakan ini adalah melihat juru masak beraksi tepat di depan konsumen.
Fujin mempertahankan konsep itu. Koki teppanyaki beraksi tepat di tengah ruangan dan pengunjung duduk mengelilinginya. Namun mereka memodifikasinya. "Teppanyaki biasanya salmon di-grilled langsung disajikan apa adanya. Di sini, kami platting dulu supaya penyajiannya menarik," kata Banny.
Satu hal yang mungkin luput dari perhatian kita adalah sikap pelayan. Di Fujin, mereka tidak akan membiarkan tamu memesan dengan mendongak. "Hal yang kami adaptasi langsung dari Jepang adalah kultur di mana pelayan tidak boleh berada lebih tinggi dari tamu, sejajar, atau kalau bisa di bawah," kata Banny.
Ini berbeda dengan standar internasional di mana pelayan justru berdiri dengan posisi tegak sempurna saat menerima order. "Di Jepang, jika tamu berbicara dengan pelayan dalam kondisi menunduk, malah lebih baik," kata Banny, yang sebelumnya mengembangkan restoran Jepang di Bali. Arah datang makanan pun menjadi perhatian. Seperti kultur Negeri Matahari Terbit, makanan atau minuman akan selalu datang dari arah kanan. "Kecuali tamu duduk mepet tembok."
Supaya lebih otentik, beberapa piring dan mangkuk didatangkan langsung dari Jepang. Bukannya tidak percaya sama keramik bikinan Indonesia, melainkan "untuk lebih menjaga kualitas saja," ujar Banny. Demikian juga beberapa furniturnya. Ruangan berkapasitas 90 orang ini dipenuhi bambu, lukisan, dan sejumlah ornamen keramik ala Jepang. Sebagai pelengkap, interaksi antar-koki pun memakai bahasa Jepang, meski tampang mereka jelas-jelas Melayu. "Haik, haik."
Sebagai menu utama, kami memilih Chicken Nanban, olahan ayam berbumbu manis yang dihidangkan dengan saus tartar Jepang. Dari luar, daging itu terasa garing tapi dalamnya empuk dan juicy. Tinggal lep, karena koki sudah mengiris-irisnya sebelum disajikan.
Berikutnya, Butterfish Misozuke. Ini adalah ikan gindara yang dipanggang dengan bumbu miso dan disajikan dengan brokoli, jamur, dan paprika. Ada dua cara menikmatinya. Pertama, memegang bagian tengah ikan, lalu menyuap ke mulut. Kedua, menekan pinggiran ikan dengan sumpit sampai potongan ikan mrotol ke dasar piring. Rasanya? Daging ikan gindara yang gurih berpadu dengan miso membuat masakan ini menjadi satu andalan Fujin.
Namanya juga orang Indonesia. Belum makan kalau belum melahap nasi. Maka kami memesan Teppanyaki Garlic Rice yang dimasak dengan shoyu. Sebagai penyuka bawang, tentu saja potongan bawang di dalam nasi goreng ini menambah nafsu makan. Anda juga bisa memesan tanpa potongan bawang. Banny mengatakan, berbeda dengan restoran teppanyaki lain, menu mereka dibuat per pesanan. "Jadi, bisa disesuaikan keinginan dan budget tamu," katanya.
Setelah makan, kami memesan Matcha Ogura Shiratama yang diisi es krim teh hijau, kacang merah tumbuk kasar, mochi, dan potongan stroberi. Dengan segenap isian di mangkuk, rasanya menang banyak.
Mampir di restoran yang menahbiskan diri sebagai pemilik sake terlengkap tidak sah jika belum mencicipi koleksi mereka. Best seller Fujin adalah Hibiki dan Taketsuru. Bagi Anda yang menolak khamr, bisa meneguk moktail buatan Fujin. Kami merekomendasikan Mojito Ringo yang terdiri atas virgin mojito, sirop markisa, apel, lemon, daun mint, dan soda. Rasa asam mojito-minuman penyegar asal Kuba dengan bahan dasar mint dan lemon-dan segarnya apel pas untuk menetralkan lidah setelah menyantap beragam olahan daging. Rentang harga sajian mereka mulai Rp 45 ribu sampai Rp 500 ribu.
Jika Anda ingin mencicipi sajian di Fujin, pastikan waktunya. Restoran itu hanya buka pada pukul 11.30-15.00 WIB dan pukul 18.00-23.00 WIB. Banny mengatakan mereka membatasi penempatan meja maksimal tiga jam pada sesi malam.
Sumber : https://cantik.tempo.co/read/news/2016/06/03/337776673/pelayan-restoran-di-jalan-gunawarman-ini-wajib-menunduk
Tidak ada komentar